Senin, 31 Desember 2012

Kepada Langit Malam di Awal Tahun


Kepada langit malam di awal tahun…

Maaf.. aku tak ikut serta menyapamu
Bersama orang-orang yang membakar sumbu penyulut api
Yang melesat menyentak lalu mewarnai  angkasamu
Menemani indahnya gemerlap bebintang dan sinar bulan

Maaf.. aku tak ikut mengelu-elukanmu
Bersama orang yang saling berpegang tangan dan menari bersama
Sembari menyaksikan dentum dan lengkingan irama konser khusus untukmu
Sembari meniupkan terompet penghormatan yang riuh menyambutmu

Aku lebih memilih di sini
Mencoba membakar setiap sumbu-sumbu dosa dan khilaf
Berharap semua melesat memenuhi angkasamu
Membiarkan mereka meledak lalu berpijar gemerlap
Lalu seketika itu juga gugur ditiup angin dan ditelan awan

Aku lebih memilih di sini
Bersama secarik kertas usang dan sebatang pena
Menggenggamnya erat, lalu menari bersamanya

Meneruskan barisan puisi yang tak mengenal titik
Menuliskan nada-nada lagu rindu, lagu tentang mimpi
Sesekali menghentakkan ujung pena, mencari ritme
Lalu melanjutkan goresan gambar sketsa hidupku.. juga matiku

Rabu, 17 Oktober 2012

Saat Ukhuwah diperbudak oleh Zaman

Membahas ukhuwah, berarti membahas romantisme dalam kehidupan. Siapa yang tidak menyukai indahnya berukhuwah. Jika ada, maka dia belum pernah sedikitpun menjalankan ukhuwah itu sendiri.

Berbicara ukhuwah terkadang berbicara sesuatu hal yang sifatnya konvensional. Karena dengan karakternya itu, kedekatan akan lebih terasa dan terbangun. kita bisa melihat bagaimana perbandingannya antara ukhuwah di daerah pedesaan dan perkotaan. Kita bisa mengamati ketika orang orang di desa bisa dengan mudahnya membantu tanpa balas jasa sekalipun, sedang di kota..hmm..mungkin agak sedikit sulit.

Ternyata perkembangan zaman membuat ukhuwah semakin mudah dan kecil untuk dipahami dan dijalankan. yang dengan kemudahan itu, akhirnya sedikit demi sedikit menghilangkan esensi dari sebuah persaudaraan itu.

Hal yang paling sangat tampak adalah dengan maraknya kemajuan teknologi sekarang. Dimana sebuah proses silaturahim bisa dilakukan semakin canggih. Zaman dulu, momen silaturahim hanya bisa dilakukan dengan bertemu langsung karena minimnya teknologi yang menunjang sehingga mau ga mau kalo mau minta maaf, yaa didatengin. Kemudian berkembang setelahnya bahwa momen silaturahim bisa dilakukan dengan menggunakan surat. Banyak kartu kartu ucapan maaf yang disampaikan. Yang membuat karakter muhajahah atau tatap muka menjadi hilang. Setelah surat, muncullah sarana kejam lainnya, yaitu SMS. Hanya dengan berbait kalimat, maka terucaplah kata maaf. Dan dengan mudahnya semua itu dilakukan. Jika surat, masih bisa menunjukkan emosi yang tergores lewat seni dalam surat, kalo sms, sudah sulit lagi untuk menunjukkan emosinya. dan sekarang walaupun sudah ada teknologi 3G, tapi tetap itu tidak menjadi sebuah solusi perkembangan zaman terhadap esensi sebuah ukhuwah.

oleh karenanya, sebuah ukhuwah tidak pernah tercipta tanpa adanya momen muhajahah tadi. Liat kata khalifah Umar yang menyatakan 3 hal yang dilakukan untuk mengenal saudaranya. Dan semuanya merupakan hal yang harus dilakukan dengan muhajahah. Jika tidak, maka hilanglah inti itu.

Saat ini, bisa jadi kalo mudik tidak menjadi budaya tiap tahun, atau mungkin kalo ga ada perasaan ga enak ama keluarga, mungkin kita tidak mudik. Sehingga esensi mudik menjadi bergeser. Apakah kita seperti itu, wallahu alam.

Oleh karenanya, untuk meningkatkan kualitas ukhuwah di masa silaturahim lebaran ini, maka kuatkanlah muhajahah yang seharusnya dilakukan. Di antaranya adalah
1. Silaturahimlah langsung ke rumahnya, jika kita telah mengenal dia lama.
2. Buatlah momen silaturahim yang menyatukan teman teman masa lalu.
3. Kopdar saja jika mengenalnya via dunia maya.
4. Buatlah pesan singkat sebagai awal untuk memulai pertemuan. Bukan pesan singkat yang hanya rutinitas dan sekedar terkirim.

Itu saja dulu. Wallahu alam. Dan maaf...

Minggu, 07 Oktober 2012

Sunyi

menapaki sepi dikesunyian waktu
resah mengintip dalm jendela malam
terlena akan manis yang terminum
hingga segelintir debu memedihkan mata,,,,
kalut melanda taman istana impian
menyisakn pedih diseperempat hari
sebongkah duka mengusik ketenangan
membekukan rasa diujung tangis,,
luka menguji langkah kaki
rintihan terkulum dibibir yang kelu
kepiluan sejenak hinggap tanpa malu
menyergapnya tanpa sempat mengelak,,,
lara membangunkn suka cita ditepi masa
meninggalkn sayatan kecil ditengah fajar.

Rabu, 03 Oktober 2012

Sebenar-benarnya MANUSIA

Jangan melihat pada ekspresi2 wajah.
Jangan dengarkan apa yg dikatakan lidah.
Jangan biarkan air mata menghanyutkanmu.
Itu semua hanyalah produk dari kulit luar manusia saja,
yang mana selalu berubah setiap harinya.
Tapi lihatlah pada apa yg ada dibalik itu.
Bukan pula pada hatinya, karena hati selalu berfluktuasi.
Bukan pula pada pikirannya,krn pikiran selalu mengubah sudut pandangnya kapanpun,perspektifnya berubah.
Apalagi,pikiran itu bisa saja menerima suatu keadaan skrg yg dulunya ia tolak.
Bahkan para ilmuwan pun mengubah teori mereka.
Tidak anakku!
Jika kamu ingin memahami manusia, maka lihatlah tindakannya pada saat ia memiliki kebebasan untuk memilih.
Hanya pada saat itulah kamu akan sangat terkejut ketika melihat ada seorang ahli ibadah yg melacurkan diri,
dan seorang pelacur yg justru beribadah!
Kamu bisa juga menemukan seorang ahli fisika meminum racun,
dan kamu bisa terkaget-kaget krn menemukaan seorang teman yg menikammu dari belakang sedangkan musuhmu justru menyelamatkanmu!
Kamu pun mungkin akan melihat seorang pelayan yg betindak semulia majikan, dan seorang majikan yg berbuat serendah perbuatan pelayan yg terburuk!
Kamu mungkin pula akan melihat para Raja mengambil suap, dan para Pengemis memberikan sedekah!
Lihatlah hakikat manusia disaat dia tdk punya rasa takut yg dapat menghentikannya;
disaat kewaspadaannya tertidur; hawa nafsunya terpuaskan, dan semua penghalang telah dirobohkan.
Hanya pada saat itulah kamu bisa melihat realitas dari manusia:
apakah dia berjalan dgn 4 kaki seperti binatang,
atau justru ia terbang layaknya seorang malaikat,
atau ia merayap bagaikan seekor ular,
atau bahkan memakan lumpur seumpama cacing tanah!

(El Jalaluddin Rumi)

RENUNG

masih ku renung sebab kegelisahan hatiku…
masih ku renangi ragu yang menggelimangi perasaanku…
masih ku cumbu tanya yang melekat di fikiranku…
atas jawab yang tak bertuan…
masih ku sulami benang harapan ini…
masih ku rajut nyakin pada tapakan langkahku…
masih ku corakkan semangat pada asaku…
masih ku singsingkan rasa ketidak sanggupanku…
masih dan masih…
ku nyalakan pilar pada pekatnya malam…
ku lajurkan harap pada sang cipta…
dan ku tabur doa-doa di setiap sujudku…
namun masih…
masih ku terselip di antara bayang-bayang…
menggelantung tanpa arah yang pasti…
ya Allah…
jika semua tak ku sua..
dapatkah KAU lepaskan…
saatku tertidur lelap di malam ini…
dan tiupkanlah ketenangan itu melalui nafasku…

Senin, 30 April 2012

Awali Dengan Indah

Hari ini sepertinya berbeda dari sebelumnya. begitulah kita diajarkan untuk selalu membenahi diri dari hari ke hari, untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya, tidak sama, apalagi lebih buruk dari yang lalu. semalem seperti biasa, baru bisa menutup mata pukul 01.30, dan bangun pada pukul 04.00. keseharian yang lumrah memang selama ini, namun yang membedakan adalah entah terasa segar ketika terbangun dan terasa cukup sangat puas tidurnya. akhirnya seperti merasakan sebuah tidur yang pulas dan berkualitas.

terbangun dari tidur, mendapat sebuah pesan singkat dari seorang teman yang berisi
"akhiy, bidadari surga antum sedang tersipu malu tuh, melihat calon suaminya bobo kaya bayi.. Yuk, bangun. hari juma`at nih... Jangan ketinggalan shalat fajar.. "
membacanya, membuat raut wajah berubah seketika. senyum dan rasa senang segera hadir dalam hati menjawab rasa dari pesan singkat yang terkirim padaku. hanya bisa membalasnya dalam hati, semoga senantiasa kebaikan dan keberkahan tercurah padamu, wahai saudaraku (pulsa tiris, jadi ndak bisa bales).

Menunaikan ibadah di bawah senyap dan sendunya romantisme alam ini, menenangkan hati mensyukuri apa yang selama ini telah kita dapatkan. masih jauh rasa syukur ini yang seharusnya tercurah atas segala nikmat yang selalu terlimpah pada diriku. tapi apa lagi yang bisa kita lakukan selain terus berusaha mensyukuri segala sesuatunya dengan segenap hati kita.

Usai subuh pun, hanya bisa terus melebarkan raut muka membaca sms tadi. membuncah rasa gregetan ingin membalas, namun apa daya. dan sungguh sangat berbeda pada hari ini karena rasa kantuk sama sekali tidak hadir kembali usai subuh seperti sebelum-sebelumnya. mungkin karena banyak momen penting yang akan terjadi hari ini yang telah terencanakan. berharap semua bisa berjalan indah dan bisa terus mengingatkan diri untuk senantiasa menjaga sosok pribadi yang lemah ini.


dan semoga bisa menjadi apa yang telah tertuliskan untuk selamanya. semangat dan songsong hari ke depan menjadi suatu lebih baik dari sebelum sebelumnya...
:)

Kamis, 19 April 2012

Aura Kasih

Dalam kesedihan selalu terpancar keindahannya. dalam keceriaannya, selalu terpancar semangat dan rasa senang yang mempengaruhi orang lain.

dalam proses interaksi kita dengan semua orang yang ada di sekitar, terkadang kita selalu mengevaluasi aspek positif kita apakah berhasil atau tidak untuk berinteraksi dengan orang lain. apakah nasehat yang kita berikan didengar oleh orang lain, ataukah kita yang dihormati oleh orang lain. biasanya hal hal ini yang menjadi satu parameter apakah kita bermanfaat dan berarti di kalangan masyarakat.

aku belajar dalam interaksiku dengan anak-anak. bahwa sesungguhnya yang dibutuhkan kita untuk memberi pemahaman kepada orang lain, bukan dengan hanya wujud nyata kita untuk mereka seperti bantuan atau semacamnya. karena bisa jadi hal hal nyata tersebut malah tidak memberikan satu respon positif dari mereka atas sikap kita. mungkin perlu juga, tapi itu tidak menjadi porsi besar dalam memahami proses komunikasi kita. karena yang justru diperlukan adalah niat dan pikiran dalam hati kita untuk mereka. apakah dalam pikir kita benar benar karena mencintai mereka, atau jangan jangan masih menyimpan sedikit saja tujuan terselubung atas komunikasi dengan mereka. bila telah lurus niatan dalam hati kita untuk menjalin komunikasi dengan mereka, maka tanpa sadar akan terpancar aura kasih sayang dan keikhlasan yang akan langsung diterima oleh mereka, untuk apapun sikap yang akan kita lakukan padanya. walau untuk sedikit saja bercandaan, atau bahkan emosi amarah yang kita sampaikan, jikalau semua telah terbungkus dengan niat kecintaan kita, maka luntur dan luluhlah segala persepsi negatif atas sikap nyata kita pada mereka..

jadi, berlakulah baik tidak hanya dari sikap positif, tapi mulailah dari hati nurani untuk membentuk sikap positif itu...wallahu alam...
:)

Rabu, 11 April 2012

Tepian Hati..

Ditepian ini…Aku tak ingin mengeluh jika yang dengan keluhan itu justru membatalkan pahala kesabaran ku.
Saat malam datang, ku anggap itu adalah waktu ku… waktu ku untuk mengadukan semua pada Dzat yang paling Maha Mendengar, yang paling kuat sandarannya untuk menenangkan ku, serta menghapus air mata ku hingga tak bersisa.
Jikalah cita-cita itu adalah mimpi yang bertanggal dan keyakinan menjadi sumber kekuatannya dengan kebeningan yang meluaskannya hingga semesta mendengar…maka cukuplah itu menjadi sumber kekuatan ku untuk tetap bertahan hingga doa-doa ku semakin bersayap dan melesat cepat menuju langit-Nya dan berhimpun menjadi kebaikan-kebaikan bagi diri untuk menunggu ketetapan-Nya menghampiri, disini….ditepian ini…
Allah…Kau yang Maha Baik yang telah membebaskan kami manusia untuk menentukan takdir kami melalui setiap ikhtiar yang kami lakukan dan doa yang kami panjatkan. Berikan kesabaran seluas samudra bagi kami, hamba-Mu yang bersungguh-sungguh dalam setiap langkah hidup yang hanya mengharap ridho dari Mu….

Critakanlah Aku

Terkadang mempunyai citra yang kurang baik itu sedikit menenangkan hati...
tidak ada lagi beban yang menuntut selalu sempurna di mata semua orang.....
tidak ada lagi persepsi yang akan membuat kita berbeda dari orang kebanyakan..
entah apakah ini sesuatu yang baik atau tidak...
tapi seperti lepas dari belenggu yang selalu menempel setiap saat...
setiap bergerak, sudah tidak lagi menjadi sorotan...
tiap langkah tidak lagi mendapat kritikan....

namun, akankah mudah untuk menatap sebuah masa depan seperti ini...
terombang ambing dalam sebuah ketidakpastian sikap
mengejar bayangan pribadi yang hanya terlihat oleh diri sendiri..
tapi hanya terpikir, bahwa mimpi itu miliknya hati..
tidak terikat pandangan orang..
karena hanya mimpi jannahNya yang akan tertuju...

Aku Minta Maaf, Afwan...

mimpi panjang diriku adalah untuk berperan bagi dunia ini
dari belahan bumi utara hingga bumi selatan
berbekal kekuatan ruh yang belum sepenuhnya menghiasi hati
segala permasalahan hidup tanpa gentar semuanya kulawan


jatuh bangun pernah kurasakan
sakit dan senang menjadi konsumsi sehari-hari
hingga merasa diri menjadi orang yang mengenal semua permasalahan hidup


namun ternyata di situlah titik kejatuhan diri ini
sombong, arogan dan jumawa dengan keadaan di sekitar
menjadi orang yang merasa paling paham
namun tanpa sadar, masih banyak yang belum kuketahui


melalang buana ke segala macam penjuru
mengenal, memahami dan membantu dengan rasa empati
lelah dan letih bukan lagi menjadi hambatan


tapi akhirnya baru tersadarkan tidak lama ini
bahwa ada satu hal yang belum pernah kukenali
suatu hal dimana aku harus ada di saat mereka butuh
suatu alasan agar keberadaan aku tidak membuatnya terganggu
agar keberadaan aku tidak menjadi beban untuk mereka
hanya satu hal itu...
yaitu hati perasaan saudara saudaraku

#maaf dariku yang belum bisa memahami kalian

Berikan Maaf

Jika sibuk mencari kesalahan orang lain
akan terpenuhi ingatan dengan kekeliruan orang lain
mengobarkan kebencian pada perilaku orang lain
jadikan pandangan akan kemajuan diri terkaburkan
Jangan bebani pundak dengan semua itu.
Bebaskanlah, Biarkan lepas.
Biarkan diri kita menjadi ringan.
mungkin tak bisa kita menghapus luka yang telah tertoreh
Namun kata maaf bisa tersampaikan
meski permintaan tak kunjung datang
tetap sampaikanlah maaf itu
Selama maaf itu masih tersimpan,
maka kita telah menyediakan ruang kosong
yang memungkinkan terbang melepaskan diri dari belenggu itu

Inilah Kata Ku

Tiap huruf bernilai manfaat ketika perasaan tak hanya tuk pribadi
Tiap kata bermakna kasih ketika hati memainkan peran yang suciTiap kalimat bertajuk ketenangan ketika niat tulus selalu menenangkanTiap tulisan sarat akan makna ketika jiwa dan ruh bersatu untuk memperbaikiKarena semua bermula dari ikhlasnya diri saat menorehkan semua cita.
takkan berbekas bila tanpa hati, jiwa, dan niat yang tulus.
tidak untuk mengharapkan sebuah komen,
tidak untuk mengharapkan sebuah perhatian,
melainkan untuk memberikan sebuah perubahan menuju sebuah peradaban tertinggi di alam ini.
"Dengarkanlah tiap untaian kalimat yang terucap"

Tiap - tiap....

Tiap langkahku
tiap satu huruf yang terucap
tiap desah nafas yang kulakukan
selalu saja kupertanyakan setiap saatnya

Apakah kehalusan tuturku selama ini selalu menunjukkan keikhlasan dalam hatiku?
Jawabannya selalu tidak pasti

Apakah Senyuman yang selalu ada di wajahku ini pertanda akan ketenangan jiwaku?
Jawabannya pun tidak pernah pasti

Apakah keramahan sifatku pada orang lain selama ini menunjukkan ketulusan niatku?
Aku pun selalu bertanya tentang kepastian

Hanya ketakutan yang selalu kurasakan,
hanya kebimbangan yang terus kuhadapi
Semoga Allah Yang Maha Memutar balikan hati yang terus menjaga hati ini ketika di awal memulai, ketika di tengah berjuang dan ketika di akhir bermuhasabah..
:)

Mimpi tak Sekedar Angan

menjadi seorang fasilitator,sudah menjadi hakekat alami seorang manusia.
karena tidak mungkin ada seseorang yg tidak menjadi fasilitator.
minimal dia akan menjadi fasilitator bagi anaknya nanti, bagi orang tuanya ketika sudah berumur atau untuk orang orang lain yang membutuhkan keberadaan kita.

seorang fasilitator bisa berperan menjadi seorang guru, seorang ayah,seorang sahabat ataupun seorang ulama.
memang sulit untuk bisa memposisikan keempat peran ini,
tp bukan sebuah keniscayaan untuk melakukannya...:)

Entah apa ini

Aku hanya ingin menangis...
deras membanjiri tiap sela hatiku
namun bukan tangisan akan lemahku yang membuai

pintaku untuk keinginanku
melayang selalu terus membuncah
kulalui awalan dengan sebuah kebersamaan
kuwahidkan perjalananku
secuil demi secuil
dengan sebuah kesendirian
apakah ini sebuah pilihan
terkatung dalam keterdiaman
walau akan terus terbayang
tetap kaku yang akan selalu kugenggam

Sampaikah Dalam Persinggahan itu

Semua memang terasa menyenangkan
dalam tebar pesona yang menyatukan kehangatan
dalam buih kecil di tebaran samudra nan luas
tapi semua hanya tampak fatamorgana
sesaat...
dalam kelam yang tiada terasa

apalah arti sebuah ikatan
jika melepas ikatan yang lain
karena simpul takkan pernah bisa terurai
jikalau hati tetap menginginkannya

Ini adalah tempat
dimana cita menjadi nyata
di saat semu jadikan realita
dapatkah angan terbuai dalam benak kehidupan
menggapai sejati akan arti sebuah mimpi

Kamis, 22 Maret 2012

Pentingnya Hal yg Sepele

Ketika akan pulang setelah kegiatan. Tiba-tiba terdengar suara anak kecil membuyarkan keasyikan saya mengamati perilaku orang-orang di kramaian. Saya lihat seorang bocah berumur sekitar 10 tahun berdiri disamping saya. Kondisi fisiknya menggambarkan tekanan kehidupan yang berat baginya.

Kulitnya hitam dekil dengan baju kumal dan robek-robek disana-sini. Tubuhnya kurus kering tanda kurang gizi.
“Ya?” Tanya saya kepada anak itu karena saya tadi konsentrasi saya melihat orang-orang.
“Maaf, apakah air minum itu sudah tidak bapak butuhkan ?”katanya dengan penuh sopan sambil jarinya menunjuk air minum di atas ransel. Pandangan saya segera mengikuti arah telunjuk si bocah. Oh, air minum dalam kemasan gelas yang ada diransel. Saya bahkan sudah tidak peduli sama sekali dengan air itu. Perut saya sudah cukup terisi dengan makan dan minum di rumah.
“adek Mau ? Nih…”
kata saya sambil memberikan air minum kemasan gelas kepada bocah itu. Diterimanya air itu dengan senyum simpul. Senyum yang tulus.

Beberapa menit kemudian, saya lihat dari balik motor yg saya kendarai, bocah tadi berjalan beririringan dengan 3 orang temannya. Masing-masing membawa tas kresek di tangannya. Ke empat anak itu kemudian duduk melingkar dilantai emplasemen. Mereka duduk begitu saja. Mereka tidak repot-repot membersihkan lantai yang terlihat kotor. Masing- masing kemudian mengeluarkan isi tas kresek masing-masing.

Setelah saya perhatikan, rupanya isinya adalah “harta karun” yang mereka temukan. Saya lihat ada roti yang tinggal separoh, jeruk medan, juga separuh sisa nasi catering, dan air minum dalam kemasan gelas !
Selanjutnya dengan rukun mereka saling berbagi “harta karun” temuan mereka. Saya lihat bocah paling besar menciumi nasi bekas catering kereta untuk memastikan apakah sudah basi atau belum. Tanpa menyentuh sisa makanan, kotak nasi itu kemudian disodorkan pada temannya. Oleh temannya, nasi sisa tersebut juga dibaui. Kemudian, dia tertawa dengan penuh gembira sambil mengangkat tinggi-tinggi sepotong paha ayam goreng. Saya lihat, paha ayam goreng itu sudah tidak utuh. Nampak jelas bekas gigitan seseorang.

Tapi si bocah tidak peduli, dengan lahap paha ayam itu dimakannya. Demikian juga makanan sisa lainnya. Mereka makan dengan penuh lahap. Sungguh, sebuah “pesta” yang luar biasa. Pesta kemudian diakhiri dengan berbagi air minum dalam kemasan gelas !
Menyaksikan itu semua, saya jadi tertegun. Saya lihat sendiri persis di depan mata, potret anak-anak kurang beruntung yang mencoba bertahan dari kerasnya kehidupan. Nampaknya hidup mereka adalah apa yang mereka peroleh hari itu. Hidup adalah hari ini. Esok adalah mimpi dan misteri.

Cita-cita ?
Masa Depan ? Lebih absurd lagi.
Bagi saya pribadi, pelajaran berharga yang saya petik adalah, bahwa saya harus makin pandai bersyukur atas segala rejeki dan nikmat yang diberikan oleh Allah. Dan tidak lagi memandang sepele hal yang nampak sepele, seperti misalnya: air minum kemasan gelas. Karena bisa jadi sesuatu yang bagi kita sepele, bagi orang lain sangat berarti.
:)

Rabu, 29 Februari 2012

ABAH

ini adalah salah satu puisi yang paling berkesan puisi karya Ratih Sanggarwaty tentang ayah.
dimana tugas dan tanggung jawab seorang ayah itu sangat luar biasa dimata ku, disamping ada seorang ibu yang slalu sangat menyayangi anak - anaknya inilah sosok seorang ayah :

ayah, kuingat ketika kau menungguiku lahir
kau mendampingi ibu
dalam bertaruh nyawa
kau seka peluh ibu
dan membisikkan kata "I Love You" di telinga ibu

dan ketika aku lahir
kau begitu bangga menjadi ayah
untuk pertama kalinya
kau lafazkan azan di telingaku
pada saat itulah aku menjadi Islam
karenamu, ayah

dan kini, ayah
aku telah baligh
kemarin aku terpana menatap diriku di cermin
inikah si bayi yang lucu dulu?
inikah si bayi yang sekarang telah sempurna menjadi perempuan
yang rahimnya telah siap menerima tugas suci
meneruskan tugas kehidupan
melahirkan khalifah-khalifah di bumi

dan pelan kuambil kain segiempat
kututupkan pada aurat rambut dan leherku
agar terjaga martabatku
agar sempurna keshalihanku
agar aku luput dari siksa kubur
agar doaku untukmu setiap malam
naik ke Arsy Allah

dan kau dimuliakan oleh-Nya
di dunia dan akhirat
karena kaulah yang pertama menjadikanku Islam
dengan kalimat syahadat dan azanmu
ketika ku lahir dulu

ya, kaulah yang berhak mulia di mata Allah, ayah...

Senin, 06 Februari 2012

Hidup Tidak Pernah Sampai di Sini

Sebenarnya saya belum usai merapal kisah yang ditulis oleh Donny Dhirgantoro melalui novel “2”. Tetapi beberapa paragraf ini sungguh bergejolak. :)

Sekali lagi semenjak Sang Pencipta menghadirkan diri ini di dunia nyata; sekali lagi, manusia memilih untuk bekerja keras atas apa yang ada di hadapannya, mengganti kata masalah menjadi tantangan. Berjuang, walau hasil yang didapat belum tentu terlihat, bekerja keras mengantarkan impian ke dunia nyata.

Manusia telah sampai di sini karena hidup tidak ada yang sempurna, hidup selalu melahirkan batas antara harapan dan kenyataan. Karena layaknya hidup adalah tantangan yang harus dihadapi dengan berani, dan setiap kita pun tahu, kita menjadi baik karenanya. Manusia tidak akan mencapai tingginya langit dan dalamnya samudera jika hidup adalah sempurna, karena hanya seorang pengecut mengharapkan hidup yang sempurna.

Hari-hari berarti, matahari berarti, dan bulan berarti.

Jangan pernah meremehkan kekuatan seorang manusia karena Tuhan sedikitpun tidak pernah. Entah sudah ke berapa kali kalimat itu membakar dada yang mendengarnya, menjadikan panas di setiap langkah dengan derapnya berpacu memenuhi lantai kayu gelanggang. Derap langkah dan kelebat tangan cepat dari urat halus yang terus bekerja keras menghunjamkan pukulan tajam. Atau, yang ratusan kali berusaha mengembalikannya. Bermula di gelapnya semburat biru subuh, berakhir di rona jingga senja, kadang matahari hanya selepas lewat di pandangan. Melatih harapan, dengan kerja keras membawa impian menjadi bukti dunia nyata. Berjuang di bawah langit sebuah bangsa besar yang sudah berjalan jauh dan tidak sempurna.

Hari berarti, matahari berarti, dan bulan berarti.

Setiap dari kamu adalah manusia, dan layaknya manusia, hidup tidak ada yang sempurna, tetapi di setiap doamu, kamu tahu, Sang Pencipta sedikit pun tidak pernah meremehkan kekuatanmu.

Setiap dari kamu sudah berjalan cukup jauh dalam hidup, tetapi setiap dari kamu masih ada perjalanan yang harus kamu tempuh. Langkah kaki kita sudah berjalan cukup jauh untuk sampai di sini, tetapi kita selayaknya percaya kalau masih ada langkah untuk berjalan lebih jauh lagi.

Karena hidup tidak pernah sampai di sini.

Karena untuk hidup dan melangkah adalah sebuah anugerah, tetapi untuk terus hidup dan terus melangkah lagi, bekerja keras untuk setiap impian adalah luar biasa.

Karena hidup tidak pernah sampai di sini.

Karena semenjak ada di muka bumi ini, dalam hidup manusia telah saling membuktikan kepada manusia lain bahwa mimpi memang menjadi kenyataan, bahwa keajaiban itu ada. Bahwa dengan impian dan kerja keras manusia bisa…melakukan sesuatu yang kadang ia sendiri tidak menyangka ia bisa melakukannya, melakukan hal-hal yang jauh di luar kemampuannya, melakukan sebuah keajaiban.

(pg. 321-324)

Selasa, 24 Januari 2012

HIKMAH

Begitu banyak kejadian menyimpan arti. Tapi kebanyakan kita tidak memahami. Jika dihitung, berapa banyak perubahan yang terjadi dihadapan kita.
Waktu tidak pernah berhenti berputar. Satu kejadian yang terjadi, ia tidak pernah terputus dalam satu titik. Tapi terkadang kita berhenti pada titik tersebut. Lalu kita pun menyimpulkan sesuatu pada titik tersebut, mengiranya sudah selesai. Padahal belum.

Begitu banyak kebaikan, tetapi terlempar dari ruang diri, ketika kita tak mampu memahami karena tertutup emosi. Begitu banyak kesempatan kebaikan, tetapi terkikis waktu, karena terlalu sering menunda, menuruti emosi. Ketika seharusnya satu titik terberi untuk memahami, menjadi lusuh tak terbaca, lalu tenggelam tertelan waktu.
Dan mungkin juga, banyak hal yang terjadi, menjadi lupa karena terlalu sering membiarkan terlupa. Ketidakwajaran menjadi hal yang biasa, ketika satu bisikan kecil terlepas dibiarkan memanja, maka hikmah pun mengabur antara dariNya atau hanya fatamorgana.
Hikmah menjadi harta yang sangat berharga, ketika kesedihan terus melanda, tak mampu memahami atas kilasan waktu yang ada dihadapan kita.
Hikmah seharusnya cahaya, yang mencerahkan, yang mencemerlangkan nurani. Melapangkan dan mengayakan jiwa, menerangi pikir dan jiwa. Menuntun rasa syukur tercipta.
Hikmah bisa menjadi sebuah proses, karena ia jarang bisa diambil dalam satu waktu. Karena terburu dalam mengambil sesuatu cenderung melupakan yang lain. Karena, ada kalanya hikmah datang ketika sudah menyeluruh. Ia tidak separuh, ia tidak setengah. Ia tidak untuk yang mengambil sebagian, tapi membiarkan yang sebagian yang lain. Ia menghampiri dan memperhatikan semua sudut. Lalu terlihat mencerahkan dari semua penjuru.

tas nikmat yang terberi, ada hikmah dibaliknya. Atas kesulitan yang menghampiri, ada hikmah dibaliknya. Hikmah bisa menjadi menunggu untuk dibuka. Tapi hikmah juga bisa terus tertutup bagi yang tidak mencarinya. Allah selalu dalam kehendakNya, selalu mendahulukan sebuah usaha, daripada berpangkutangan untuk mendapatkan sesuatu.
Walau begitu, adakalanya juga, hikmah datang menghujam ke dalam hati kepada siapa yang terpilih. Dia-lah yang lebih mengetahui atas ketidaktahuan, keterbatasan akal manusia. Awal yang terjadi saat ini, kita tidak akan pernah tahu bagaimana nanti akan berakhir. Atas nikmat yang terberi, maka memang sepatutnya kita bersyukur agar nikmat yang terasa semakin bertambah untuk mendekatkan kita kepadaNya. Dan atas kesulitan yang menguji, memang sepatutnya kita bersabar, agar kesulitan itu mewujud sikap yang menggantikan keresahan menjadi kedekatan kepadaNya.
Tidak ada yang merugi atas segala yang terjadi, jika itu justru membuat kita semakin dekat kepadaNya. Yang membuat terasa rugi, sakit justru dari diri kita sendiri. Sebagai manusia, memang nikmat lebih kita sukai daripada musibah. Tapi kita tidak tahu, pada titik mana sesungguhnya kita terasa lebih dekat kepadaNya. Dia senantiasa memilihkan yang terbaik bagi kita meski wujudnya tidak kita sukai.
Maka dalam doa yang terpanjat…
Nikmat dariMu sesungguhnya lebih kami sukai daripada ketika musibah menguji. Tapi ya Rabb, yang kami lebih sukai lagi, adalah ketika Engkau menjadikan dalam keadaaan apapun dan bagaimanapun menjadikan kami semakin dekat kepadaMu.
Ya Rabb bukakanlah pintu hati kami, untuk dapat memahami setiap yang terjadi adalah yang terbaik untuk kami, karuniakanlah kami kesabaran untuk memahami karena hidup adalah perjalanan yang tidak ingin kami berhenti pada titik simpul yang mendurhakaiMu.
“Allah menganugerahkan al hikmah kepada siapa yang dikehendaki- Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”. (Al-Baqara: 269)

wallahu a’lam bish-shawab...

Referensi :
Kutipan dari Salim A. Fillah.
Al hikam, ibnu athaillah