Ketika akan pulang
setelah kegiatan. Tiba-tiba terdengar suara anak kecil membuyarkan
keasyikan saya mengamati perilaku orang-orang di kramaian. Saya lihat
seorang bocah berumur sekitar 10 tahun berdiri disamping saya. Kondisi
fisiknya menggambarkan tekanan kehidupan yang berat baginya.
Kulitnya hitam dekil dengan baju kumal dan robek-robek disana-sini. Tubuhnya kurus kering tanda kurang gizi.
“Ya?” Tanya saya kepada anak itu karena saya tadi konsentrasi saya melihat orang-orang.
“Maaf, apakah air minum itu sudah tidak bapak butuhkan ?”katanya dengan penuh sopan sambil jarinya menunjuk air minum di atas ransel. Pandangan saya segera mengikuti arah telunjuk si bocah. Oh, air minum dalam kemasan gelas yang ada diransel. Saya bahkan sudah tidak peduli sama sekali dengan air itu. Perut saya sudah cukup terisi dengan makan dan minum di rumah.
“adek Mau ? Nih…”
kata saya sambil memberikan air minum kemasan gelas kepada bocah itu. Diterimanya air itu dengan senyum simpul. Senyum yang tulus.
Beberapa menit kemudian, saya lihat dari balik motor yg saya kendarai, bocah tadi berjalan beririringan dengan 3 orang temannya. Masing-masing membawa tas kresek di tangannya. Ke empat anak itu kemudian duduk melingkar dilantai emplasemen. Mereka duduk begitu saja. Mereka tidak repot-repot membersihkan lantai yang terlihat kotor. Masing- masing kemudian mengeluarkan isi tas kresek masing-masing.
Setelah saya perhatikan, rupanya isinya adalah “harta karun” yang mereka temukan. Saya lihat ada roti yang tinggal separoh, jeruk medan, juga separuh sisa nasi catering, dan air minum dalam kemasan gelas !
Selanjutnya dengan rukun mereka saling berbagi “harta karun” temuan mereka. Saya lihat bocah paling besar menciumi nasi bekas catering kereta untuk memastikan apakah sudah basi atau belum. Tanpa menyentuh sisa makanan, kotak nasi itu kemudian disodorkan pada temannya. Oleh temannya, nasi sisa tersebut juga dibaui. Kemudian, dia tertawa dengan penuh gembira sambil mengangkat tinggi-tinggi sepotong paha ayam goreng. Saya lihat, paha ayam goreng itu sudah tidak utuh. Nampak jelas bekas gigitan seseorang.
Tapi si bocah tidak peduli, dengan lahap paha ayam itu dimakannya. Demikian juga makanan sisa lainnya. Mereka makan dengan penuh lahap. Sungguh, sebuah “pesta” yang luar biasa. Pesta kemudian diakhiri dengan berbagi air minum dalam kemasan gelas !
Menyaksikan itu semua, saya jadi tertegun. Saya lihat sendiri persis di depan mata, potret anak-anak kurang beruntung yang mencoba bertahan dari kerasnya kehidupan. Nampaknya hidup mereka adalah apa yang mereka peroleh hari itu. Hidup adalah hari ini. Esok adalah mimpi dan misteri.
Cita-cita ?
Masa Depan ? Lebih absurd lagi.
Bagi saya pribadi, pelajaran berharga yang saya petik adalah, bahwa saya harus makin pandai bersyukur atas segala rejeki dan nikmat yang diberikan oleh Allah. Dan tidak lagi memandang sepele hal yang nampak sepele, seperti misalnya: air minum kemasan gelas. Karena bisa jadi sesuatu yang bagi kita sepele, bagi orang lain sangat berarti.
:)
Kulitnya hitam dekil dengan baju kumal dan robek-robek disana-sini. Tubuhnya kurus kering tanda kurang gizi.
“Ya?” Tanya saya kepada anak itu karena saya tadi konsentrasi saya melihat orang-orang.
“Maaf, apakah air minum itu sudah tidak bapak butuhkan ?”katanya dengan penuh sopan sambil jarinya menunjuk air minum di atas ransel. Pandangan saya segera mengikuti arah telunjuk si bocah. Oh, air minum dalam kemasan gelas yang ada diransel. Saya bahkan sudah tidak peduli sama sekali dengan air itu. Perut saya sudah cukup terisi dengan makan dan minum di rumah.
“adek Mau ? Nih…”
kata saya sambil memberikan air minum kemasan gelas kepada bocah itu. Diterimanya air itu dengan senyum simpul. Senyum yang tulus.
Beberapa menit kemudian, saya lihat dari balik motor yg saya kendarai, bocah tadi berjalan beririringan dengan 3 orang temannya. Masing-masing membawa tas kresek di tangannya. Ke empat anak itu kemudian duduk melingkar dilantai emplasemen. Mereka duduk begitu saja. Mereka tidak repot-repot membersihkan lantai yang terlihat kotor. Masing- masing kemudian mengeluarkan isi tas kresek masing-masing.
Setelah saya perhatikan, rupanya isinya adalah “harta karun” yang mereka temukan. Saya lihat ada roti yang tinggal separoh, jeruk medan, juga separuh sisa nasi catering, dan air minum dalam kemasan gelas !
Selanjutnya dengan rukun mereka saling berbagi “harta karun” temuan mereka. Saya lihat bocah paling besar menciumi nasi bekas catering kereta untuk memastikan apakah sudah basi atau belum. Tanpa menyentuh sisa makanan, kotak nasi itu kemudian disodorkan pada temannya. Oleh temannya, nasi sisa tersebut juga dibaui. Kemudian, dia tertawa dengan penuh gembira sambil mengangkat tinggi-tinggi sepotong paha ayam goreng. Saya lihat, paha ayam goreng itu sudah tidak utuh. Nampak jelas bekas gigitan seseorang.
Tapi si bocah tidak peduli, dengan lahap paha ayam itu dimakannya. Demikian juga makanan sisa lainnya. Mereka makan dengan penuh lahap. Sungguh, sebuah “pesta” yang luar biasa. Pesta kemudian diakhiri dengan berbagi air minum dalam kemasan gelas !
Menyaksikan itu semua, saya jadi tertegun. Saya lihat sendiri persis di depan mata, potret anak-anak kurang beruntung yang mencoba bertahan dari kerasnya kehidupan. Nampaknya hidup mereka adalah apa yang mereka peroleh hari itu. Hidup adalah hari ini. Esok adalah mimpi dan misteri.
Cita-cita ?
Masa Depan ? Lebih absurd lagi.
Bagi saya pribadi, pelajaran berharga yang saya petik adalah, bahwa saya harus makin pandai bersyukur atas segala rejeki dan nikmat yang diberikan oleh Allah. Dan tidak lagi memandang sepele hal yang nampak sepele, seperti misalnya: air minum kemasan gelas. Karena bisa jadi sesuatu yang bagi kita sepele, bagi orang lain sangat berarti.
:)