KETENTUAN LBB

 
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
PENGERTIAN
Baris-berbaris adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan guna menanamkan
kebiasaan dalam tata cara hidup Angkatan Bersenjata/masyarakat yang diarahkan
kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.

Pasal 2
MAKSUD DAN TUJUAN

1. Guna menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan,
    disiplin, sehingga dengan demikian senantiasa dapat mengutamakan
    kepentingan tugas di atas kepentingan individu dan secara tidak langsung juga
    menanamkan rasa tanggung jawab.
2. Yang dimaksud dengan menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas
    adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan oleh tugas pokok
    tersebut dengan sempurna.
3. Yang dimaksud dengan rasa persatuan adalah rasa senasib dan sepenanggungan
    serta ikatan batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
4. Yang dimaksud dengan disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas
     individu yang hakikatnya tidak lain dari pada keikhlasan menyisihkan pilihan hati
     sendiri.
5. Yang dimaksud dengan rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk bertindak
     yang mengandung risiko terhadap dirinya tetapi menguntungkan tugas atau
    sebaliknya tidak mudah melakukan tindakan yang akan dapat merugikan
    kesatuan.

Pasal 3
KETENTUAN KHUSUS

1. Para pimpinan wajib mengetahui adanya, mengenal kegunaannya, serta
    senantiasa menegakkan peraturan tersebut.
2. Para pembantu pimpinan (kader) wajib paham isinya, mau mengerjakannya, dan
    mampu melatihnya.
3. Semua warga Angkatan Bersenjata baik Perwira, Bintara atau Tamtama wajib
    melaksanakan secara tertib (tepat) serta dilarang mengubah, menambah atau
    mengurangi apa yang tertera dalam peraturan baris-berbaris ini.

Pasal 4
KEWAJIBAN PELATIH

1. Terwujud atau tidaknya maksud dan tujuan peraturan ini sangat tergantungkepada mutu   
    serta kesanggupan seorang pelatih. Pelatih yang melaksanakannya
    hanya karena tugas tidak akan mencapai hasil yang diharapkan.
2. Hasil yang baik akan dapat diperoleh dengan memperhatikan pokok-pokok
    sebagai berikut:
    a. Rasa kasih sayang
       Seorang pelatih seharusnya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh anak
       didik.
    b. Persiapan
        Persiapan yang baik adalah jaminan berhasilnya latihan yang dikehendaki,
        oleh karena itu pelatih harus mengadakan persiapan terlebih dahulu
        mengenai apa yang akan dilatih, pembagian waktu, alat-alat, tempat dan
        sebagainya.
    c. Mengenal tingkatan anak didik
        Tiap tingkatan kemampuan seseorang/kelas membutuhkan metode melatih
        tersendiri, oleh karena sebelum seorang pelatih memilih sesuau metode, ia
        terlebih dahulu menilainya.
    d. Tidak sombong
        Keahlian dan kepandaian bukanlah hal-hal yang patut dipamerkan,
        melainkan wajib diamalkan yang berarti dibimbingkan, dituntunkan,
        sehingga dapat dimiliki oleh anak didik.
    e. Adil
       Selalu dapat memelihara adanya keseimbangan dalam segala hal dengan
       cara memberikan pujian atau teguran pada tempatnya tanpa membedabedakan
       satu dengan lainnya.
    f. Teliti
       Teliti mengandung arti selalu mengusahakan pelaksanaan ketentuanketentuan
       sesuai dengan semestinya, sebaliknya tidak puas dengan
       pelaksanaan yang setengah-setengah.
    g. Sederhana
       Untuk tidak mempesulit anak didik perlu diusahakan kalimat maupun katakata
       yang mudah dimengerti. Pelatih bertindak seperlunya sesuai dengan
       apa yang dituntutnya.
3. Perhatian khusus bahwa dengan latihan (drill) dimaksud untuk mencapai
    kebiasaan atau kepahaman bertindak bukan untuk mengetahui saja. Oleh
    karenanya hendaklah selalu diperhatikan jangan terlalu bercerita, melainkan
    teladan, mencoba, mengoreksi, mengulangi sehingga paham mengerjakannya.
    catatan:
    a. Guna mencegah terganggunya/rusaknya suasana pada saat-saat banyak
        memberikan aba-aba dan untuk membiasakan suara yang diperlukan dalam
        memberikan aba-aba, maka para komandan/pemimpin pasukan agar diberi
        latihan teratur (tiap hari).
    b. Khusus dalam melatih sikap sempurna, pelatih agar memberikan
        perhatian/mengawasi ketentuan mengenai pandangan mata.
    c. Banyak melatih barisan dalam bentuk saf maju jalan untuk membiasakan pada
        waktu defile dan parade.

Pasal 5
ABA-ABA
1. Pengertian
    Aba-aba adalah perintah yang diberikan oleh seorang komandan/pimpinan
    pasukan kepada pasukan/barisan untuk dilaksanakan pada waktunya secara
    serentak atau berturut-turut.
2. Macam aba-aba
    Aba-aba terdiri atas 3 bagian dengan urutan:
    a. Aba-aba petunjuk
        Aba-aba petunjuk dipergunakan jika perlu untuk menegaskan maksud dari
        aba-aba peringatan/pelaksanaan.
        contoh:
        1. Untuk perhatian – Istirahat di tempat = GERAK
        2. Untuk istirahat – Bubar = JALAN
        3. Jika aba-aba ditujukan khusus terhadap salah satu bagian dari keutuhan
             pasukan: Pleton II – Siap = GERAK
        4. Selanjutnya lihat baris-berbaris kompi
        5. Kecuali di dalam upacara: aba-aba petunjuk pada penyampaian
            penghormatan terhadap seseorang, cukup menyebutkan jabatan orang
            yang diberi hormat tanpa menyebutkan eselon satuan yang lebih tinggi
            contoh:
            a. Kepada kepala sekolah – Hormat = GERAK
            b. Kepada kepala kantor wilayah – Hormat = GERAK
            b. Aba-aba peringatan
                Aba-aba peringatan adalah inti dari perintah yang cukup jelas untuk dapat
                dilaksanakan tanpa ragu-ragu.
                Contoh:
                1. Lencang kanan = GERAK dan bukan LENCANG = KANAN
                2. Istirahat di tempat = GERAK dan bukan Di tempat = ISRIRAHAT
            c. Aba-aba pelaksanaan
                Aba-aba pelaksanaan adalah ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan
                aba-aba petunjuk/peringatan dengan cara serentak atau berturut-turut.
                Aba-aba pelaksanaan yang dipakai adalah:
                1. GERAK
                2. JALAN
                3. MULAI
GERAK : adalah untuk gerakan-gerakan tanpa meninggalkan tempat yang
                menggunakan kaki dan gerakan-gerakan yang memakai anggota tubuh
                lain, baik dalam keadaan berjalan maupun berhenti.
                contoh:
                1. Jalan di tempat = GERAK
                2. Siap = GERAK
                3. Hormat kanan = GERAK
                4. Hormat = GERAK
JALAN : adalah untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan
                 meninggalkan tempat.
                 contoh:
                1. Haluan kanan/kiri = JALAN
                2. Dua langkah ke depan = JALAN
                3. Tiga langkah ke kiri = JALAN
                4. Satu langkah ke belakang = JALAN
 catatan:
                Apabila gerakan meninggalkan tempat itu tidak dibatasi jaraknya, maka aba-aba
                pelaksanaan harus didahului dengan aba-aba peringatan: MAJU
                contoh:
                1. Maju = JALAN
                2. Haluan kanan/kiri Maju = JALAN
                3. Melintang kanan/kiri Maju = JALAN
MULAI : adalah untuk dipakai pada pelaksanaan perintah yang harus dikerjakan
                 berturut-turut.
                 contoh:
                 1. Hitung = MULAI
                 2. Berbanjar/Bersaf Kumpul = MULAI
                 3. Cara menulis aba-aba:
a. Aba-aba petunjuk dimulai dengan huruf besar dan ditulis seterusnya dengan
    huruf kecil, atau semuanya huruf besar.
b. Aba-aba peringatan dimulai dengan huruf besar dan ditulis seterusnya
    dengan huruf kecil yang satu dengan yang lainnya agak jarang, atau
    semuanya huruf besar.
c. Aba-aba pelaksanaan ditulis seluruhnya dengan huruf besar.
d. Semua aba-aba ditulis lengkap, walaupun ucapannya dapat dipersingkat.
e. Diantara aba-aba petunjuk dan aba-aba peringatan terdapat garis
    penyambung/koma, antara aba-aba peringatan dan aba-aba pelaksanaan
    terdapat dua garis bersusun/koma.

4. Cara memberi aba-aba:
    a. Waktu memberi aba-aba, pemberi aba-aba pada dasarnya harus berdiri
        dalam keadaan sikap sempurna dan menghadap pasukan.
    b. Apabila aba-aba yang diberikan itu berlaku juga untuk si pemberi aba-aba,
        maka pada saat memberikan aba-aba tidak menhadap pasukan.
        contoh : Waktu pemimpin upacara memberi aba-aba penghormatan
        kepada Pembina upacara : Hormat = GERAK.
        Pelaksanaan : Pada waktu memberi aba-aba pemimpin
        upacara/Danup menghadap ke arah pembina upacara/Irup
        sambil melakukan gerakan penghormatan bersama-sama
        dengan pasukan. Setelah penghormatan selesai dijawab/
        dibalas oleh pembina upacara/Irup maka dalam sikap
        “sedang memberi hormat” Pemimpin upacara/Danup
        memberikan aba-aba : Tegak = GERAK dan setelah aba-aba
        itu pemimpin upacara/Danup bersama-sama pasukan
        kembali ke sikap sempurna.
    c. Dalam rangka menyiapkan pasukan pada saat Pembina upacara/Irup
        memasuki lapangan upacara dan setelah amanat pembina upacara/Irup
        selesai,Pemimpin upacara/Danup tidak menghadap pasukan.
    d. Pada taraf permulaan latihan aba-aba yang ditujukan kepada pasukan yang
        sedang berjalan atau berlari, aba-aba pelaksanaannya selalu harus diberikan
        bertepatan dengan jatuhnya salah satu kaki tertentu yang pelaksanaan
        geraknya dilakukan dengan tambahan 1 langkah pada waktu berjalan dan 3
        langkah pada waktu berlari. Sedang pada taraf lanjutan, aba-aba
        pelaksanaan dapat diberikan bertepatan dengan jatuhnya kaki yang
        berlawanan yang pelaksanaan gerakannya dilakukan dengan tambahan 2
        langkah pada waktu berjalan dan 4 langkah pada waktu berlari, kenudian
        berhenti atau maju dengan merubah bentuk dan arah pada pasukan.
    e. Semua aba-aba diucapkan dengan suara nyaring, tegas, dan bersemangat.
    f. Pemberian aba-aba petunjuk yang dirangkaikan dengan aba-aba peringatan
        dan pelaksanaan, pengucapannya tidak diberi nada.
    g. Pemberian aba-aba peringatan wajib diberi nada pada suku kata pertama
        dan terakhir. Nada suku kata terakhir diucapkan lebih panjang menurut
        besar-kecilnya pasukan. Aba-aba pelaksanaan senantiasa diucapkan dengan
        cara yang di”hentakkan”.
    h. Waktu pemberi aba-aba peringatan dan pelaksanaan diperpanjang sesuai
        besar-kecilnya pasukan dan/atau tingkatan perhatian pasukan (konsentrasi
        pasukan). Dilarang memberi keterangan-keterangan lain di sela-sela abaaba
        pelaksanaan.
     i. Bila ada suatu bagian aba-aba diperlukan, maka dikeluarkan perintah
        “ulangi”
        Contoh :
        Kepada pemimpin upacara = ulangi Kepada pembina upacara – Hormat =
        GERAK. Gerakan yang tidak termasuk aba-aba tetapi yang harus dijalankan
        pula, dapat diberikan petunjuk-petunjuk sengan suara nyaring, tegas, dan
        bersemangat. Biasanya dipakai pada waktu di lapangan, seperti: MAJU,
        IKUT, BERHENTI, LURUSKAN, LURUS.

Pasal 6
CARA MELATIH BERHIMPUN

1. Apabila seorang pelatih/komandan ingin mengumpulkan anggota bawahannya
    secara bebas, maka pelatih/komandan/pemimpin memberi aba-aba:
    Berhimpun = MULAI
2. Pelaksanaan:
    a. Pada waktu aba-aba peringatan seluruh anggota mengambil sikap
        sempurna dan menghadap kepada yang memberi aba-aba.
    b. Pada aba-aba pelaksanaan seluruh anggota mengambil sikap lari,
        selanjutnya lari menuju ke depan pelatih/komandan.pemimpin, di mana ia
        berada dengan jarak 3 langkah.
    c. Pada waktu datang di depan pelatih/komandan/ pemimpin, mengambil
        sikap sempurna, kemudian mengambil sikap istirahat.
    d. Setelah aba-aba selesai, seluruh anggota mengambil sikap sempurna, balik
        kanan selanjutnya menuju tempat masing-masing.
    e. Pada saat datang di depan pelatih/komandan/ pemimpin, serta kembali,
        tidak menyampaikan penghormatan.
3. Yang dimaksud dengan berhimpun adalah semua anggota datang si depan
     komandan/pemimin dengan berdiri bebas, dengan jarak tiga langkah

Pasal 7
CARA MELATIH BERKUMPUL

1. Komandan/pelatih/pemimpin menunjuk seorang anggota untuk berdiri kurang
     lebih 4 langkah di depannya, orang ini dinamakan penjuru.
2. Komandan/pelatih/pemimpin memberikan perintah: Sdr. Hartono sebagai
     penjuru (bila penjuru bernama Hartono).
3. Penjuru mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh kepada yang
    memberi perintah, selanjutnya mengulangi perintah sebagai berikut: “Siap
    Hartono sebagai penjuru”.
4. Penjuru mengambil sikap untuk lari menuju tempat
     komandan/pelatih/pemimpin yang memberi perintah.
5. Apabila bersenjata, mengambil sikap depan senjata kemudian lari menuju
    tempat komandan/pelatih/ pemimpin yang memberi perintah, langsung pundak
    kiri senjata.
6. Pada waktu aba-aba peringatan “Bersaf/Berbanjar Kumpul” maka anggota lain
    mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh pada komandan/
    pelatih/pemimpin.
7. Pada aba-aba pelaksanaan anggota lainnya dengan serentak mengambil sikap
    lari, selanjutnya penjuru memberi isyarat “LURUSKAN”, anggota secara
    berturut-turut meluruskan diri.
8. Bila bersenjata, mengambil sikap depan senjata kemudian lari menuju di
    samping kiri/belakang penjuru dan berturut-turut meluruskan diri.
9. Cara meluruskan diri ke samping (bila bersaf) sebagai berikut: Meluruskan
    lengan ke samping dengan tangan kanan digenggam, punggung tangan
    menghadap ke atas, kepala dipalingkan ke kanan dan meluruskan diri, hingga
    dapat melihat dada orang-orang yang di sebelah kanannya. Penjuru yang
    ditunjuk pada waktu berkumpul melihat ke kiri, setelah barisan terlihat lurus
    maka penjuru memberikan isyarat dengan perkataan “LURUS”. Pada isyarat ini
    penjuru melihat ke depan serta yang lain serentak menurunkan lengan kanan,
    melihat ke depan dan kembali ke sikap sempurna. Bila bersenjata, maka senjata
    di pundak kiri dan ditegakkan serentak.
10. Cara meluruskan diri ke depan (bila berbanjar) sebagai berikut: Meluruskan
     lengan kanannya ke depan, tangan digenggam, punggung tangan menghadap ke
     atas dan mengambil jarak satu lengan ditambah dua kepal dari orang yang ada
     di depannya dan meluruskan diri ke depan. Setelah orang yang paling belakang
     banjar kanan melihat barisannya sudah lurus, maka ia memberikan isyarat
     dengan mengucapkan “LURUS”, pada isyarat ini serentak menurunkan lengan
     kanan dan kembali ke sikap sempurna.
11. Apabila bersenjata, maka setelah menegakkan tangan kanannya kemudian
      dengan serentak tegak senjata.
      Catatan : Bila lebih dari 9 orang selalu berkumpul dalam bersaf tiga atau
      berbanjar tiga, kalau kurang dari 9 orang menjadi bersaf/berbanjar
      satu. Meluruskan ke depan hanya digunakan dalam bentuk
      berbanjar.
12. Penunjukkan penjuru tidak berdasarkan kepangkatan.

Pasal 8
CARA MELATIH MENINGGALKAN BARISAN

1. Apabila pelatih memberikan perintah kepada seseorang dari barisannya,
    terlebih dahulu ia memanggil orang itu ke luar barisan dan memberikan
    perintahnya apabila orang tersebut telah berdiri dalam sikap sempurna. Orang
    yang menerima perintah ini harus mengulangi perintah tersebut sebelum
    melaksanakannya dan mengerjakan perintah itu dengan bersemangat.
    Tata cara keluar barisan:
a. Bila keluar bersaf:
    1) Untuk saf depan, tidak perlu balik, tetapi langsung menuju arah yang memanggil.
    2) Untuk saf tengah dan belakang, balik kanan kemudian melalui saf paling belakang   
         selanjutnya memilih jalan yang terdekat menuju arah yang memanggil.
    3) Bagi orang yang berada di ujung kanan maupun kiri, tanpa balik kanan
         langsung menuju arah yang memanggil (termasuk saf 2 dan 3).
b. Bila pasukan berbanjar:
    1) Untuk saf depan tidak perlu balik kanan, langsung menuju arah yang
         memanggil.
    2) Untuk saf tengah dan belakang, balik kanan kemudian melalui saf paling
         belakang selanjutnya memilih jalan yang terdekat menuju arah yang
         memanggil.
c. Cara menyampaikan laporan dan penghormatan apabila anggota dipanggil
    sedang dalam barisan sebagai berikut:
    1) Komandan/pelatih/pemimpin memanggil: “Ahmad tampil ke depan”
        setelah selesai dipanggil orang yang dipanggil tersebut mengucapkan
        kata-kata “Siap Ahmad Tampil ke depan”, kemudian keluar barisan
        sesuai dengan tata cara keluar barisan.
    2) Kemudian menghormat sesuai PPM, setelah selesai
         menghormatmengucapkan kata-kata: “Lapor, siap menghadap”.
         Selanjutnya menunggu perintah.
    3) Setelah mendapat perintah/petunjuk, mengulangi perintah tersebut.
        Contoh: “Berikan aba-aba di tempat”. Selanjutnya melaksanakan
        perintah yang diberikan oleh komandan/pelatih/pemimpin
        (memberikan aba-aba di tempat).
    4) Setelah selesai melaksanakan perintah/petunjuk,kemudian menghadap
        ±6 langkah di depan komandan/pelatih/pemimpin yang memanggil dan
        mengucapkan kata-kata: “Memberikan aba-aba di tempat telah
        dilaksanakan, Laporan selesai”.
    5) Setelah mendapat perintah “Kembali ke tempat”, anggota tersebut
        mengulangi perintah kemudian menghormat, selanjutnya kembali ke
        tempat.
2. Jika pada waktu dalam barisan salah seorang meninggalkan barisannya,
     maka terlebih dahulu harus mengambil sikap sempurna dan minta ijin
     kepada komandan/pelatih/pemimpin yang memanggil dengan cara
     mengangkat tangan kanannya ke atas (tangan dibuka, jari-jari dirapatkan).
     Contoh: Anggota yang akan meninggalkan barisan mengangkat tangan.
     komandan/pelatih/pemimpin bertanya: “Ada apa?”
     Anggota menjawab: “ke belakang”
     komandan/pelatih/pemimpin memutuskan: “Baik, lima menit kembali”
     Anggota yang meninggalkan barisan mengulangi: “Lima menit kembali”
3. Setelah mendapat ijin, ia keluar dari barisannya selanjutnya menuju tempat
     sesuai keperluannya.
4. Bila keperluannya telah selesai, maka orang tersebut menghadap ±6
    langkah di depan komandan/pelatih/pemimpin, menghormat dan laporan
    Sebagai berikut: “Lapor, Ke belakang selesai Laporan selesai”. Setelah ada
    perintah dari komandan/pelatih/pemimpin “Masuk barisan” maka orang
    tersebut mengulangi perintah kemudian menghormat, balik kanan dan
    kembali ke barisannya pada kedudukan semula.

Pasal 9
CARA MELATIH GERAKAN BERJALAN

1. Untuk melatih seseorang tentang gerakan berjalan, ia disuruh berjalan sesuai
    dengan petunjuk dari pelatih. Pelatih memperhatikan gayanya, diperbaiki dan
    disesuaikan dengan gaya “Langkah Biasa”.
2. Mula-mula hanya diperhatikan gerakan kaki saja, dimulai dengan meletakkan
    kaki, lalu tempo irama dan panjangnya langkah. Selanjutnya gerakan lengan dan
    badan.

Pasal 10
TATA CARA PENGHORMATAN

1. Sebagai dasar pegangan mengenai tata cara memberi hormat apa yang telah
    tercantum dalam pasal 5 PPM/AB.
2. Untuk membiasakan pelaksanaannya dengan cara yang sama, wajib diadakan
    latihan-latihan sebagai berikut:
   a. Penghormatan perorangan, bertutup kepala tanpa senjata dalam keadaan
       berhenti/berdiri.
       1) Pasukan disuruh berdiri dalam bentuk huruf U.
       2) Pelatih menggambarkan tentang adanya garis lurus yang terdapat
            antara samping paha kanan dan bagian tertentu dari tutup kepala.
       3) Dalam sikap sempurna dengan tangan terkepal, pelatih memerintahkan
            menunjuk dengan jari telunjuk kebagian daripada tutup kepala yang
            merupakan tempat ujung jari pada gerakan langsung melalui garis lurus
            ini yaitu dari samping paha kanan ke bagian tertentu tutup kepala.
       4) Gerakan ini dilakukan berulang-ulang menunjuk dan kembali bersikap
           sempurna yang akhirnya menggantikan gerakan menunjuk itu dengan
           seluruh telapak tangan terbuka.
    b. Penghormatan sambil memalingkan kepala ke kanan/kiri
        1) Sebelum melakukan gerakan gabungan, terlebih dahulu diperintahkan
            untuk memalingkan kepala secara baik ke kiri dan ke kanan.
        2) Kemudian memalingkan kepala disertai gerakan penghormatan.
    c. Penghormatan perseorangan, bertutup kepala, tanpa senjata dalam
        keadaan berjalan. Anggota-anggota pasukan diperhatikan berjalan dari arah
        kanan ke kiri, atau sebaliknya melalui depan pelatih sambil memberi
        hormat.
    d. Penghormatan perseorangan, bertutup kepala, tanpa senjata, satu dan
        lainnya dalam keadaan berjalan.
        1) Pasukan dibagi atas 2 pasukan yaitu pasukan A dan B. Misalnya pasukan
            A di sebelah barat sebagai atasan dan pesukan B sebagai bawahan.
        2) Masing-masing pasukan dimulai dengan nomor urut satu dan
             seterusnya berjalan berpapasan dengan jarak sepuluh langkah tiap
             anggota.
       3) Tiap-tiap anggota pasukan B yang berpapasan dengan anggota pasukan
            A memberikan penghormatan dan pasukan A membalas penghormatan.
       4) Demikian seterusnya sampai seluruh anggota pasukan berpapasan dan
            pelatih memerintahkan bergantian pasukan B sebagai atasan.
    e. Penghormatan pasukan, bertutup kepala, tanpa senjata dalam keadaan
        berjalan.
        1) Pasukan disuruh membentuk formasi pleton berbanjar. Pelatih menjadi
             atasan untuk diberi penghormatan oleh pasukan.
        2) Seorang ditunjuk menjadi Danton/pemimpin pasukan.
        3) Pasukan bergerak dengan langkah biasa dan pada jarak tertentu
             sebelum memberikan penghormatan melakukan gerakan “Langkah tegap”.
         4) Pada aba-aba “Hormat kanan/kiri = GERAK” maka dilakukan gerakangerakan sebagai  
              berikut:
              a) Danton/pemimpin pasukan bersama pasukan memberi
                   penghormatan seperti hormat bertutup kepala tanpa senjata (pasal 5 ayat 2a PPM)
                   pasukan memalingkan kepala dengan batas 45° kepada pelatih.
              b) Pelatih membalas penghormatan.
              c) Kemudian Danton/pimpinan pasukan memberi aba-aba “Tegak = GERAK”. 
                  Danton/pemimpin pasukan dan pasukannya memalingkan kepala kembali serentak
                  dan kedua tangan dilenggangkan dengan tetap langkah tegap.
              d) Dilanjutkan dengan aba-aba Langkah biasa = JALAN.


BAB II
GERAKAN PERORANGAN TANPA SENJATA
GERAKAN DASAR

Pasal 11
SIKAP SEMPURNA
Aba-aba: Siap = GERAK
Pelaksanaan:
Pada aba-aba pelaksanaan badan/tubuh berdiri tegap, kedua tumit rapat, kedua
kaki merupakan sudut 45°, lutut lurus dan paha dirapatkan, berat badan dibagi atas
kedua kaki. Perut ditarik sedikit dan dada dibusungkan, pundak ditarik ke belakang
sedikit dan tidak dinaikkan. Lengan rapat pada badan, pergelangan tangan lurus,
jari-jari tangan menggenggam tidak terpaksa dirapatkan pada paha, punggung ibu
jari menghadap ke depan, mulut ditutup, mata memandang lurus ke depan,
bernapas sewajarnya.

Pasal 12
ISTIRAHAT

Aba-aba: Istirahat – di – tempat = GERAK
Pelaksanaan:
1. Pada aba-aba pelaksanaan, kaki kiri dipindahkan ke samping kiri dengan jarak sepanjang
    telapak kaki (±30 cm).
2. Kedua belah lengan dibawa ke belakang di pinggang, punggung tangan kanan di atas telapak
    tangan kiri, tangan kanan dikepalkan dengan dilemaskan, tangan kiri memegang pergelangan  
    tangan kanan di antara ibu jari dan telunjuk serta kedua lengan dilemaskan, badan dapat
    bergerak.
    Catatan:
    a) Dalam keadaan parade di mana diperlukan pemusatan pikiran dan kerapihan
         istirahat dilakukan atas aba-aba “Parade – Istirahat di tempat = GERAK.
         Pelaksanaan sama dengan tersebut di atas, hanya tangan ditarik ke atas
         sedikit, tidak boleh bergerak, tidak berbicara, dan pandangan tetap ke depan.
    b) Dalam keadaan parade maupun bukan parade apabila akan diberikan suatu amanat atau
         sambutan oleh atasan/pembina, maka istirahat dilakukan atas
         aba-aba: “Untuk perhatian – Istirahat di tempat = GERAK”. Pelaksanaan sama
         dengan tersebut dalam titik a, dan pandangan ditujukan kepada pemberi
         perhatian/ amanat/sambutan.

Pasal 13
PERIKSA KERAPIHAN

Aba-aba: Periksa kerapihan = MULAI
1. Tanpa senjata:
    a) Periksa kerapihan dimaksudkan untuk merapihkan perlengkapan yang dipakai anggota
         pada saat itu dan pasukan dalam keadaan istirahat (pasal12).
    b) Pelaksanaan:
         1) Pada aba-aba peringatan, pasukan secara serentak mengambil sikap sempurna.
         2) Pada saat aba-aba pelaksanaan dengan serentak membungkukkan
              badan masing-masing, mulai memeriksa atau membetulkan perlengkapannya dari   
              bawah (ujung kaki ke atas sampai ke tutup kepala).
         3) Setelah yakin sudah rapih, masing-masing anggota pasukan mengambil sikap sempurna  
              (pasal 11).
         4) Setelah Pelatih/danpas/pemimpin pasukan melihat semua pasukannya
              sudah selesai (sudah dalam keadaan sikap sempurna) maka
              Pelatih/danpas/pemimpin pasukan memberi aba-aba = SELESAI.
         5) Pasukan dengan serentak mengambil sikap istirahat (pasal 12).
              2. Bersenjata (khusus ABRI).