Jumat, 21 Oktober 2011

Sayap Impian

Jikalah angan itu tetap menggantung, tak kan pernah ku sesali berapa banyak energi yang telah ku keluarkan untuk melompat setinggi mungkin untuk menggapainya…

Jikalah pada akhirnya mimpi itu tak menjadi nyata, tak pernah ku sesali atas apapun yang telah ku upayakan untuk menampakannya dihadapan ku…

Jikalah pada akhirnya harapan itu tetaplah berada tenang dalam pusaranya, tak pernah ku sesali atas kemauanku tetap membiarkannya berada disana…



Jikalah…ada sesuatu hal yang membuat kita saat ini, detik ini masih ingin bergerak dengan jiwa yang dipenuhi semangat luar biasa maka tak lain itu dikarenakan mereka yang ku sebut mimpi, asa, cita-cita, atau apalah sebutan lainnya.

Setiap orang berhak memilikinya. Bahkan dengannya terkadang hidup akan lebih berwarna. Walau entah apa pada akhirnya, bagaimana ujung perjalanannya yang jelas bersama mereka semangat itu akan tetap ada untuk menapaki dan menjalani setiap episode kehidupan ini. Dan terkadang anehnya walau keberadaannya pada masa depan belum diketahui dengan pasti, mereka adalah salah satu hal yang pada akhirnya mampu membangkitkan semangat dan menumbuhkan buncahan energi pada diri untuk tetap berjalan.

Tak mampu mengelak bahkan untuk membohongi diri saja tak bisa, berjalan terlalu lama dengan mereka yang tak jua berwujud nyata dapat membuat jiwa, hati dan raga merasa lelah. Disaat sayap kita tak jua mampu menahan kencangnya angin, terlalu lemah untuk tetap bertahan ada diatas sana untuk meraihnya mengapa kita tak mencoba untuk beristirahat sejenak. Beristirahat yang bukan berarti berhenti atau beristirahat yang bukan berarti menyerah untuk selamanya.

Semakin tinggi asa itu menggantung tentu akan semakin kencang angin yang harus dihadapi. Ketika keegoisan diri tetap memaksa untuk mengambilnya dalam kondisi diri yang tidak siap, maka tentu akan dipastikan lelah akan semakin terasa dan beratnya beban akan mengikis kepercayaan diri untuk menggapainya.

Disisi lain, terkadang kita melupakan seberapa tinggi posisi kita saat ini. Terkadang kita terlalu berfokus pada ketinggian tertentu dengan tidak memperhatikan ketinggian yang telah dicapai saat ini. Maka, mengapa tidak kita mencoba kembali melihat sejenak sudah seberapa ketinggian yang kita capai saat ini. Lihatlah…ternyata ketinggian saat ini bukanlah hal biasa bagi orang lain. Mereka, mereka yang belum mencapai diketinggian kita saat ini tentu akan merasa bahwa diri kita adalah salah satu orang yang beruntung. Ah…ternyata…bisa jadi kita lupa untuk mensyukurinya…Astaghfirullah…

Tentu puncak tertinggilah yang ingin kita capai, namun bisa jadi puncak itu bukanlah satu-satu nya puncak yang membuat kita menjadi bahagia. Pahamilah bahwa kebahagian seseorang tidaklah dapat ditentukan oleh tingginya puncak yang ingin atau telah dicapai olehnya. Karena sebuah kebahagiaan itu berada dalam hati, dan hanya hati yang mampu merasakannya. Kedamaian dan kebahagiaan terkadang tak mengenal tingginya asa, harapan atau cita-cita. Hati memiliki caranya sendiri untuk mendeteksi kebahagiaan itu yang bahkan terkadang tak mampu dideteksi dengan sebuah logika.

Mengapa kita tidak mencoba melihat ke arah lain, arah yang mungkin memang tidak menjadi obsesi besar dalam hidup, yang bisa jadi ketinggiannya tidak terlalu sulit untuk dicapai. Walau itu bukanlah obsesi terbesar, mengapa tidak juga dicoba untuk diraih? Padahal dengan mendapatkannya, hati kita sudah mampu mendeteksi sebuah kebahagiaan. Kebahagiaan yang bisa membuat kita bisa berstirahat disana. Buatlah diri bahagia disana, ditempat itu hingga kepakan sayap-sayap itu kembali kuat untuk menghadapi kencangnya angin, teriknya matahari bahkan lebatnya hujan dalam menggapai puncak tertinggi apa yang menjadi impian kita.

Namun….jikalah pada akhirnya mereka yang ku sebut mimpi, asa, angan atau apalah sebutannya yang berada pada puncak tertinggi tidak akan pernah ada atau hadir untuk kita. Maka bisa jadi pada akhirnya memang harus dilepaskan, tak perlu disesalkan karena hati kita tetap mampu merasakan kebahagiaan dari puncak mimpi yang lain, tempat yang tidak hanya berasal dari satu titik saja. Ingatlah bahwa kebahagiaan itu tidak terletak pada satu tempat tertentu dan hanya hatilah yang mampu mendeteksi keberadaannya.

Oleh karena itu, tak perlu ada rasa penyesalan karena satu hal yang tidak tercapai jika masih banyak hal lain yang mampu diraih dengan perasaan bahagia dan rasa syukur yang berlimpah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar